Mengenal Syekh Yusuf Purwakarta, Guru Syekh Nawawi Al-Bantani - Balaraja untuk kita semua

Breaking

Wednesday, November 18, 2020

Mengenal Syekh Yusuf Purwakarta, Guru Syekh Nawawi Al-Bantani

Sejarah perjuangan Indonesia tak bisa dilepaskan dari peran tokoh Islam, salah satunya adalah RH Muhamad Yusuf bin Djajanegara atau dikenal sebagai Baing Yusuf alias Syekh Yusuf Purwakarta. Terdengar asing bagi masyarakat umum, tetapi populer di tengah warga Purwakarta.


Pada beberapa buku sejarah Syekh Baing Yusuf diriwayatkan merupakan keturunan ke-21 dari Prabu Siliwangi. Sebelum di Purwakarta, Raden H Muhammad Yusuf Bin Jaya Negara menyebarkan agama Islam terlebih dahulu di Banten, Jakarta, Karawang dan di kota kelahirannya di Bogor.


Syekh Yusuf lahir di Bogor, ayahandanya Raden Aria Djajanagara saat itu menjabat Bupati di Bogor kurang lebih tahun 1796-1801 M, kemudian ayahandanya dipindah tugaskan ke Wanayasa Karawang. Dari semenjak usia 6 tahun Syekh Yusuf sudah menguasai bahasa arab, dan pada usia 12 tahun hafiz Alquran. Pasa saat berusia 13 tahun beliau mukim dan menuntut ilmu di Mekah selama 11 tahun, kemudian beliau berlayar hingga Madagaskar.


Setelah mempelajari ilmu agama Islam dari ulama di tanah suci, Syekh Baing Yusuf juga mempelajari ilmu agama Islam kepada salah seorang alim ulama bernama Syaikh Campaka Putih atau lebih dikenal sebagai Pangeran Diponegoro. Diriwayatkan bahwa beliau juga menjadi salah satu laskar dari pasukan Pangeran Diponegoro.


Pada tahun 1830 ibu kota dipindahkan dari Wanayasa ke Sindangkasih yang diresmikan berdasarkan besluit (surat keputusan) pemerintah kolonial tanggal 20 Juli 1831 nomor 2, sindang kasih kemudian diganti menjadi Purwakarta purwa= awal, karta = kesejahteraan.



Pembangunan dimulai antara lain dengan pengurugan rawa-rawa untuk pembuatan Situ Buleud, Pembuatan Gedung Karesidenan, Pendopo, Mesjid Agung, Tangsi Tentara di Ceplak, termasuk membuat Solokan Gede, Sawah Lega dan Situ Kamojing. 

Syekh Yusuf mendirikan masjid yang sekaligus menjadi pusat kajian islam pada masa itu. Beliau memiliki banyak murid dan salah satunya adalah ulama besar Indonesia yang mendunia yaitu Syekh Nawawi Al Bantani, Syekh Nawawi Al-Bantani merupakan sosok intelektual dan ulama terkenal bertaraf internasional, yang juga sempat menjadi Imam Masjidil Haram yang juga penulis 115 kitab yang meliputi bidang ilmu fikih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadist.

Syekh Yusuf tinggal di Purwakarta, menyebarkan agama Islam, hingga wafatnya pada tahun 1854 ada juga yang menyebutkan pada tahun 1856. Dan dimakamkan tepat di belakang masjid, yang saat ini dikenal dengan nama Masjid Baing Yusuf atau Masjid Agung Purwakarta.

Meski menguasai bahasa Arab, dikisahkan bahwa Syekh Baing Yusuf tetap melakukan syiar di Purwakarta dengan menggunakan bahasa Sunda sebagai identitas kultural masyarakat Jawa Barat. Hal itu tidak terlepas dari kondisi masyarakat yang belum sepenuhnya memahami bahasa Latin, Arab atau Jawa kuno.

Beliau menyusun kitab fikih dan tasawuf dengan bahasa Sunda, meskipun tulisannya huruf arab. Kitab itu digunakan untuk memudahkan syiar Islam karena mayoritas masyarakat purwakarta berbahasa Sunda.

Sumber: dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment