Toleransi Beragama, Haruskah ? - Balaraja untuk kita semua

Breaking

Thursday, February 10, 2011

Toleransi Beragama, Haruskah ?


Saat ini, "Islamophobia" (Pen = Istilah ini merujuk pada mereka yang membenci (fobia) terhadap Islam) sengaja menciptakan masalah terorisme dan berbagai bentuk kekerasan (tindakan anarkis) sebagai masalah global yang melekat dalam Islam. Indonesia dianggap sebagai salah satu negara yang rawan terhadap tindakan ini. Isu-isu ini membuat Islam dianggap sebagai agama yang tidak toleran, yaitu agama yang suka memerangi dan melukai orang lain.

Kondisi ini sebenarnya adalah strateginya (Islamophobia) untuk membagi kekuatan umat Islam Indonesia. Pada akhirnya, mereka akan mengklasifikasikan kaum Muslim dengan berbagai istilah, seperti: Islam Ekstrim, Islam Fundamental, Islam Garis Keras, Islam Moderat, dan istilah lainnya. Dengan kompartementalisasi umat Islam, sangat mudah bagi mereka untuk memerangi umat Islam.

Siapa bilang Islam tidak toleran?


Kekerasan nyata yang muncul adalah akibat pesimisme publik untuk melihat kelambanan dan keragu-raguan pemerintah untuk mengatasi akar masalah.

Contoh: masalah kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok warga di Cikeusik Pandeglang adalah hasil dari akar masalah Jema'ah Ahmadiyah Indonesia (JAI). Jika masalah JHA terselesaikan secara jelas, tindakan kekerasan tidak akan muncul.

Masalah Islam dengan Ahmadiyah adalah masalah internal bagi umat Islam karena Ahmadiyah mengklaim Islam. Penyimpangan mereka dari ajaran Islam adalah kewajiban umat Islam untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, tidak ada toleransi untuk berbagai bentuk penyimpangan Islam.

Suatu ketika, Asma binti Abu Bakar dikunjungi oleh ibunya, Qotilah, yang masih kafir. Dia juga bertanya kepada Nabi, sallallaahu 'alaihi wa sallam, "Bisakah saya berbuat baik padanya?" Nabi, sallallaahu 'alaihi wa sallam, menjawab: "Mei." Kemudian muncul ayat 8 dari Surat Al-Muntahanah.

Ayat ini menegaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak melarang berbuat baik kepada orang-orang yang tidak memusuhi agama Allah. Inilah yang dijelaskan Ibnu Katsir dalam komentarnya tentang pengadilan IV, halaman 349.

Dalam narasi lain, disebutkan bahwa Qotilah (mantan istri Abu Bakar) yang telah bercerai di zaman ketidaktahuan, pergi ke putranya bernama Asma binti Abu Bakar, membawakannya hadiah, Asma menolaknya dan bahkan tidak mengakuinya. ibunya di rumah. Setelah itu, ia mengirim seseorang ke Aisyah (saudara lelakinya) untuk menanyakan hal ini kepada Nabi, sallallaahu 'alaihi wa sal-lam. Kemudian Rasul memerintahkan untuk menerimanya dengan baik dan menerima hadiah. (HR Ahmad, Al-Bazzar, Al-Hakim dari Abdullah bin Zubair)

Berdasarkan ayat-ayat dan hadis sebelumnya, kita dapat memahami bahwa Islam menghormati sikap atau kepercayaan orang-orang di luar Islam.

Dan Allah Subhanahu wa ta'ala tidak melarang kita untuk berbuat baik kepada mereka yang tidak memusuhi Islam. Inilah yang kami sebut toleransi.

Toleransi, apa yang salah denganmu?

Kata toleransi dalam bahasa Belanda adalah "tolerantie", dan kata kerjanya "tolerant". Sedangkan dalam bahasa Inggris, itu adalah "toleransi" dan kata kerjanya "toleransi".

Toleran mengandung arti: diam. Toleransi adalah sikap saling toleransi. (Drs Sulchan Yasin, kamus lengkap Indonesia, halaman 389)

Indrawan WS. Penjelasan tentang pengertian toleran adalah untuk menghargai perbedaan pemahaman tentang ide-ide yang mereka pegang untuk diri mereka sendiri. Kesediaan untuk menghargai ide yang berbeda dengan pemahaman mereka sendiri. (Kamus Ilmiyah Populer, 1999: 144)

Sementara dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, WJS Poerwadarminta mendefinisikan toleransi: "sifat atau sikap toleransi (menghargai, memungkinkan, memungkinkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, perilaku, dll) dari orang lain atau menentang fondasinya Ya, misalnya, toleransi beragama (ideologi, ras, dll.).



Dalam bahasa Arab, toleransi sering disebut "ikhtimal, tasam




Semoga bermanfaat

Balaraja, 10 Februari 2011
Dari berbagai sumber.

2 comments: