Setelah diuji dalam sebuah eksperimen terbesar dunia untuk mencari obat melawan wabah yang disebabkan oleh virus corona Sars-Cov-2 tersebut. Menurut penelitian para ilmuwan dari Universitas Oxford, dexamethasone terbukti membantu pada pasien yang dirawat di rumah sakit dan harus menggunakan alat bantu pernafasan, termasuk ventilator.
Dexamethasone, obat yang biasa digunakan untuk mengobati peradangan, disebut menjadi obat pertama yang mampu mengurangi risiko kematian pada pasien Covi-19, demikian diwartakan BBC, Selasa (16/5/2020).
Dexamethasone diketahui bisa membantu menghentikan kerusakan pada tubuh saat sistem imun tubuh bereaksi berlebihan. Reaksi berlebih sistem imun tubuh ini - yang dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah badai sitokin (cytokine storm) - biasa ditemukan pada pasien Covid-19 yang parah.
Para ilmuwan di Oxford menggelar penelitian dengan memberikan dexamethasone pada sekitar 2000 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Data hasil pengujian itu dibandingkan dengan 4.000 pasien Covid-19 yang tak diberi obat radang tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa dexamethasone bisa mengurangi risiko kematian sekitar 40 sampai 28 persen pada pasien Covid-19 yang dirawat menggunakan ventilator. Sementara pada pasien yang harus diberikan oksigen, risiko kematian berkurang dari 25 sampai 20 persen.
"Ini satu-satunya obat yang sejauh ini terbukti bisa menurunkan risiko kematian dan penurunan ini sangat signifikan. Ini sebuah terobosan besar," kata Peter Horby, ilmuwan yang memimpin penelitian tersebut.
Peneliti memperkirakan bahwa jika dexamethasone digunakan sejak awal pandemi di Inggris, maka obat itu bisa menyelamatkan 5.000 nyawa.
No comments:
Post a Comment