Kisah Ketegasan Sayyidina Ali di Bulan Ramadhan - Balaraja untuk kita semua

Breaking

Thursday, April 15, 2021

Kisah Ketegasan Sayyidina Ali di Bulan Ramadhan


Bulan suci Ramadhan selalu menjadi tonggak syiar keislaman, baik melalui ceramah di masjid-masjid, iklan di pelbagai media, termasuk seruan langsung scara door to door oleh beberapa kelompok pegiat keagamaan. Muatan syiar yang kerap disampaikan adalah seputar hikmah bulan suci, keutamaan ibadah di bulan tersebut, hingga kisah-kisah inspiratif dari tokoh-tokoh muslim tempo dulu, seperti kisah Nabi, sahabat termasuk kisah hikmah para Khulafaur Rosyidin.

Pada Buku berjudul "150 kisah Ali ibn Abi Thalib" terdapat ratusan kisah perjalanan Ali yang penuh dengan hikmah keislaman, mulai dari kegigihannya memperjuangkan islam, ketabahannya menghadapi godaan dari luar islam, hingga serba-serbi unik dalam berinteraksi dengan sahabat dan keluaganya.

Salah satu kisah ketegasan sorang Ali yang sangat inspiratif adalah ketika dia menghadapi beberapa orang yang dianggap tidak menghargai adanya bulan suci Ramadhan. di mana suatu ketika dia mendapatkan seseorang penyair yang ternyata makan minum di siang hari, di saat orang-orang islam sedang melangsungkan ibadah puasa di bulan suci tersebut.

Sayyidina Ali pun langsung mengambil tindakan tegas, beliau langsung menghukum seseorang yang juga seorang penyair tersebut. Demi menghormati bulan suci, Ali tidak segan-segan memberi hukuman yang cukup berat kepada orang yang berani makan minum di siang hari di bulan ramadhan tersebut.

Dari Atha’, dari ayahnya meriwayatkan bahwa  Ali pernah mencambuk Najasyi Al-Haitsi, penyair yang minum arak pada bulan Ramadhan, dengan 80 kali cambukan, setelah itu Ali mengurungnya (Hal. 123).

Sebuah tindakan tegas dan nyata yang dilakukan seorang Kholifah Ali yang notabeni menjadi seorang amirul Mukminin kala itu. Ketegasan itu semata-mata dilakukan Ali karena demi menghormati keberadaan bulan suci yang memang diagungkan oleh seluruh mahluk di alam raya ini. Karena Ramadhan bukan hanya bulan agung bagi manusia. Namun bagi segenap mahluk.



Ketegasan Ali pun tidak selesai sampai disitu, orang yang tadinya telah dicambuk dan dikurung, ternyata masih diberi hukuman lanjutan demi memberikan efek jera kepada pelakunya, termasuk memberikan pelajaran hikmah kepada manusia lainnya.

Esok harinya, Ali mengeluarkannya dan mencambuknya 20 kali. Ali berkata. “Dua puluh cambukan ini karena engkau terlalu lancang terhadap Allah  dan berbuka tanpa alasan pada Ramadhan (Hal. 123).

Buku ini memuat seluruh rentetan perjalan Kholifah Ali, mulai sebelum menjadi khalifah, saat menjadi pemimpin hngga wafat. Semua diulas dengan bahasa yang sangat renyah, sehingga sangat mudah dipahami oleh pembaca.

Selain  itu ratusan kisah hikmah yang diurai dalam buku setebal 144 halaman ini dilengkapi dengan rujukan nash yang kebenarannya tidak bisa diragukan lagi.

Kisah perjalanan Ali ib Abi Thalib ini sangat pas jika dijadikan salah satu rujukan atau referensi syiar, kisah-kisahnya yang ringan bisa menginspirasi para umat islam yang sedang menjalankan ibadah bulan puasa ramadhan tersebut. Agar semakin meningkatkan kualitas ibadahnya kepada Allah. Selamat Membaca.

sumber: https://www.medanbisnisdaily.com/



No comments:

Post a Comment