Selain krisis, pasar keuangan global sekarang terganggu oleh kasus penipuan melalui "skema Ponzi" Bernard Madoff. Banyaknya penipuan juga membuat kita bergetar, karena mencapai 50 miliar dolar AS, hampir setara dengan cadangan devisa Indonesia saat ini, yang berjumlah 50 180 miliar dolar AS.
Para korban tidak hanya investor kecil, tetapi juga investor dari bank-bank besar seperti HSBC. Madoff telah melakukan penipuan melalui perusahaan investasinya, Madoff Investment Securities.
Apa sebenarnya Skema Ponzi?
Skema Ponzi merupakan sebuah istilah untuk praktek kotor dalam bisnis keuangan yang menjanjikan pemberian keuntungan berlipat ganda yang jauh lebih tinggi dari keuntungan bisnis riil bagi investor yang mau menyimpan dana investasinya lebih lama di perusahaan investasi seperti sekuritas, bank, asuransi ataupun investment banking. Para invesor umumnya tidak tahu dan tidak mau tahu darimana perusahaan membayar keuntungan yang dijanjikan.
Nama Ponzi diambil dari seorang penipu bernama Charles Ponzi yang tinggal di Boston, AS. Ponzi terkenal dengan penipuannya karena menawarkan investasi berupa transaksi spekulasi perangko AS terhadap perangko asing di era 1919-1920.
Dalam penelusuran detikFinance, Ponzi mendirikan 'The Security Exchange Company' pada 26 Desember 1919, yang menjanjikan investasi dengan balas jasa 40% dalam 90 hari. Padahal kala itu bunga bank pada saat itu hanya 5% per tahun. Tidak sampai satu tahun, diperkirakan sekitar 40,000 orang mempercayakan sekitar US$ 15 juta atau sekarang senilai US$ 140 juta dalam perusahaannya.
Untung yang dijanjikan Ponzi ternyata hasil tambal sulam. Pada pertengahan Agustus 1920, audit oleh pemerintah terhadap usaha Ponzi menemukan bahwa Ponzi sudah bangkrut. Total aset yang dimilikinya sekitar US$ 1,6 juta, jauh di bawah nilai utangnya kepada investor.
Skema penipuan ini juga sering terjadi di Indonesia. Ada sebuah perusahaan menjanjikan keuntungan besar, namun sebenarnya keuntungan itu dibayar dengan dana yang masuk dari anggota baru. Tidak pernah ada investasi riil. Kasus besar yang pernah terjadi adalah penipuan PT Qurnia Subur Alam Raya atau QSAR yang menggelapkan dana nasabah melalui investasi agribisnisnya.
Nah, yang dilakukan oleh investor kawakan Wall Street, Bernard Madoff juga sedemikian. Madoff menggunakan dana dari investor baru untuk membayar bunga investor lama. Nilainya terus bertumpuk-tumpuk hingga mencapai US$ 50 miliar. Penipuan Madoff baru terungkap setelah para investor menarik dananya sehubungan dengan krisis finansial. Disitu baru diketahui bahwa Madoff sudah kehabisan dana.
Korban-korban Madoff pun bersuara. Seperti dikutip dari AFP, berikut daftar korban penipuan Madoff:
* Bapepam Spanyol mengungkapkan, lembaga investasi Spanyol yang memiliki
eksposure langsung di perusahaan investasi Madoff mencapai US$ 147 juta.
* Santander mengakui adanya potensi kerugian hingga US$ 3 miliar dari Madoff
Investment Securities.
* Aozora Bank memiliki eksposure di investasi Madoff senilai US$ 137 juta
* Niponkoa Insurace Co dan Mitsui Sumitomo Insurance dan Daiwa Securities juga
sudahmengakui adanya potensi kerugian beberapa ratus juta yen.
* Nomura Holdings dengan eksposure 27,5 miliar yen.
* Bank swasta Austria, Medici mengakui eksporuse US4 2,1 miliar melalui dua
lembaga investasinya.
* Fortis dengan eksposure US$ 1,2 miliar
* HSBC dengan eksposure US$ 1 miliar.
Kasus penipuan terbesar dalam sejarah pasar keuangan AS juga termasuk cuplikan dari Komisi Sekuritas dan Bursa AS (Bapepam). Investor bertanya-tanya bagaimana SEC bisa mengakui penipuan yang telah berlangsung bertahun-tahun.
Presiden SEC Christopher Cox akhirnya mengumumkan bahwa dia akan melakukan penyelidikan untuk menentukan mengapa mereka tidak dapat mendeteksi kasus penipuan hingga $ 50 miliar.
"SEC telah belajar bahwa kesalahan spesifik dan kredibel mengenai kesalahan keuangan Madoff telah dilakukan sejak 1999 dan telah berulang kali menarik perhatian staf SEC, tetapi tidak pernah direkomendasikan kepada Komisi," katanya. Cox dalam sebuah pernyataan.
Tetapi investor mengkritik kemampuan SEC untuk memantau pasar. Itu juga dianggap bahwa SEC tidak mengawasi pasar, sehingga produk spekulatif beredar liar dan menyebabkan krisis keuangan. Sekarang mereka mengkritik SEC karena penipuan yang telah ada selama bertahun-tahun dapat terjadi tanpa dengusan sedikit pun.
Sejumlah peringatan diberikan tentang tawaran investasi Madoff. Termasuk sebuah artikel dalam sebuah artikel di "Barron" pada tahun 2001, yang mempertanyakan kembalinya Madoff hingga dua digit per tahun. Sayangnya, peringatan itu tampaknya telah diabaikan oleh para pemburu itu sendiri dan oleh SEC sebagai pengawas.
*** Dari berbagai sumber
Ah gile parah juga sih, minta arahan donk..
ReplyDeleteKalo model macem ginian scam/penipuan juga ga nih? niat sampe bikin siaran pers masalahnya.. katanya ada agunannya 100%?
peer to peer lending yang aman