Nyi Mas Melati, Singa Betina dari Balaraja - Balaraja untuk kita semua

Breaking

Saturday, February 10, 2018

Nyi Mas Melati, Singa Betina dari Balaraja

Nyi Mas Melati adalah salah satu pejuang Tangerang yang berperang melawan penjajah Belanda. Dia adalah keturunan Sultan Hassanudin Banten ke-18, yang juga memiliki peran dalam penyebaran Islam di wilayah Tangerang.

Diketahui bahwa Nyi Mas Melati kuat terhadap penjajah Belanda, seperti ayahnya, Raden Kabal, yang menentang kolonialisme Belanda. Nyi Mas Melati memiliki dua anak adopsi, Suryanata dan Masenah. Mereka berpartisipasi dalam perjuangan untuk kemerdekaan.

Perjuangan Nyi Mas Melati tidak dapat dipisahkan dari perlawanan Raden Kabal, yang membenci Belanda karena membentuk kelompok "Pemilik" pada tahun 1918. Wilayah Tangerang pada waktu itu dikendalikan oleh Pemilik yang menerima dukungan dari Belanda. sehingga beberapa orang dalam kehidupan orang dan menderita mereka.

Sangat sedikit masyarakat adat yang memiliki tanah pribadi. Hampir semua tanah dikuasai oleh pemiliknya. Istilah tanah dalam penanaman paksa disebut tanah pribadi. Pada periode 1921-1930 ada beberapa tanah pribadi, termasuk di distrik Blaradja, seperti Blaradja, Boeniajoe, Tigaraksa, Tjikoeja, Karangserang, Pasilian, Djenggati, Tjakoeng.

Sedangkan untuk Kabupaten Tangerang, termasuk protokol, Panunggangan, Pondok Djagoeng, Paroengkoeda, Batoe Tjeper dan Tanah Kodja. Sedangkan di Kabupaten Maoek, antara lain adalah Kramat Pakoeadji, Sepatan, Teloeknaga, Ketapang Maoek, Rawakidang, Kampoeng Malajoe, Pekadjangan, Tegalangoes, Bodjong Renget dan Ketos.

Orang-orang Tangerang yang tidak tahan lagi dengan berbagai perlakuan terhadap tuan tanah mulai menyebarkan api pemberontakan. Dipimpin oleh Raden Kabal dengan putrinya, Nyi Mas Melati, dan Pangeran Pabuaran Subang, para tangerang berhadapan langsung dengan para pemilik yang didukung oleh pasukan perusahaan Belanda.

Salah satu pertempuran yang dicatat adalah pertempuran Pabuaran Subang, yang digunakan sebagai tempat kematian Pangeran Pabuaran dari Subang selama perang dengan Kompeni. Raden Kabal dan pasukannya sering mempertahankan penahanan dan sabotase fasilitas penting yang dikendalikan oleh pemilik dan Belanda di beberapa daerah di wilayah Tangerang.

Sosok Nyi Mas Melati sangat dihormati oleh para pemukim Belanda karena kegigihan mereka dalam seni bela diri. Salah satunya diceritakan dalam sebuah legenda turun temurun oleh orang Betawi dari Tangerang, yaitu, raungan jeritan yang datang dari mulut Nyi Mas Melati sambil mendorong pasukan yang mereka pimpin.

Ketika suatu bentrokan terjadi di daerah perbatasan Balaraja, sambil mengacungkan keris, Nyi Mas Melati berteriak keras, "Serang ...!"

Suara Nyi Mas Melati yang meninggi menghantam semangat pasukan lawan.

Dia bahkan memberi tahu burung-burung yang mendengar teriakannya terbang karena gema. Beberapa resistensi yang dilakukan oleh Nyimas Melati juga menyebabkan Nyimas Melati dijuluki Wanita Singa.



Perlawanan yang dilakukan oleh Nyimas Melati menyebabkan kerugian besar bagi para pemilik yang didukung oleh Belanda. Begitu menakutkan perlawanan Nyi Mas Melati, ketika bagian-bagian tubuh dipotong, mereka dikubur secara terpisah di beberapa tempat.



Menurut catatan, konon Nyi Mas Melati dimakamkan di Desa Bunar, Kecamatan Sukamulya, Balaraja, Kabupaten Tangerang. Tetapi sumber lain mengatakan bahwa pemakaman Kramat Nyi Mas Melati terletak di pulau Panjang, di pulau Kelapa, di Kepulauan Seribu.



Tidak hanya di Balaraja Tangerang, popularitas Nyi Mas Melati juga terdengar di kawasan Danau Ciputat Situ Gintung, yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1933. Dikatakan bahwa Belanda menguburkan beberapa mayat Nyi Melati di wilayah tersebut.


Untuk menghormati perjuangan Nyi Mas Melati, pemerintah kota Tangerang menangkap namanya. Diantaranya, di gedung Nyi Mas Melati di kawasan Jalan Daan Mogot, kota Tangerang, itu menjadi nama jalan yaitu Jalan Nyi Mas Melati di kota Tangerang.





Perjuangan Nyimas Melati menjadi kisah yang tidak bisa dilupakan. Makam Nyimas Melati di Kampung Bunar, Desa Saga, Balaraja, Kabupaten Tangerang, selalu dikunjungi oleh orang-orang untuk memperingati perjuangan mereka.

“Makam Nyimas Melati sudah lama ada disini sejak zaman Belanda hingga saat ini, dan sering di ziarahi oleh para peziarah dari berbagai pulau,” kata Ketua Pengelola Makam Nyimas Melati Ustad Arif.
Tujuan para Peziarah adalah mendoakan Nyimas Melati dan ingin mendapatkan karomah sesuai dengan keinginan peziarah yang diminta.
“Dan diadakan Haul peringatan setiap bulan silih mulud setiap tahunnya. Setiap Haul selalu didatangkan para tokoh ulama dan masyarakat yang menghadiri acara Haulnya,” paparnya.
Dirinya pun berharap kepada pemerintah agar bisa membantu dari bidang infrastuktur jalan, bangunan dan ada peninggalan wayang golek (gambang karomong) agar bisa di tempatkan di tempat yang layak.

“Agar di area makam bisa dibangunan musholla dan sarana ibadah, dan untuk tempat wudhu juga, agar para pengunjung yang ziarah merasa nyaman,” “Ujarnya

Baca Juga:



Diolah dari Berbagai Sumber: 

No comments:

Post a Comment