Nama Sayyidina Bilal bin Rabbah tentu tak asing dikalangan umat muslim di berbagai penjuru dunia. Ia bukan hanya dikenal sebagai sahabat Rasulullah SAW, tapi juga dikenal sebagai muadzin pertama yang diperintahkan Rasulullah mengumandangkan adzan saat hukum syariat adzan diperintahkan Allah SWT.
Ketika Rasulullah wafat, Sayyidina Bilal bin Rabbah merupakan salah satu sahabat yang sangat bersedih. Karena kecintaannya yang sangat mendalam, Sayyidina Bilal bahkan meminta izin kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk tak lagi mengumandangkan adzan.
Buya Yahya dalam sebuah kesempatan menyampaikan, Sayyidina Bilal bin Rabbah suatu ketika mendatangi Abu Bakar Ash-Shiddiq setelah Rasulullah wafat.
Ketika itu, Sayyidina Bilal berkata, "Wahai Khalifah, aku minta izin. Tolong izinkan aku untuk tidak adzan lagi,".
Lalu Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, "Wahai Bilal, aku tidak akan menurunkan orang yang telah diangkat Rasulullah,".
Sayyidina Bilal kembali mengulangi kalimatnya dan meminta tolong diizinkan agar tak lagi adzan.
Lalu Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan tegas menjawab 'Tidak' kecuali jika Bilal bin Rabbah memiliki alasan.
Kemudian Bilal bin Rabbah menyampaikan alasan itu dengan berderai air mata.
Sembari melihat ke arah menara dan melihat ke kubur Rasulullah yang dulunya adalah kamar Rasulullah, Sayyidina Bilal berkata.
"Wahai Abu Bakar, kebiasaanku dulu waktu Nabi Muhammad SAW hidup adalah sebelum waktu shalat aku membangunkan Nabi Muhammad, aku datang ke tempat Nabi Muhammad dan aku berkata 'ya Rasulullah waktunya salat'.
Dan kadang Nabi Muhammad yang datang ke tempatku lalu berkata 'Ya Bilal waktunya salat'. Kemudian setelah itu, aku bersama Nabi Muhammad mendekat ke menara dan aku naik, Nabi Muhammad melihatku.
Lalu aku menghadap ke kiblat, sebelum adzan aku menoleh kepada Nabi Muhammad yang di tempat itu kemudian aku melakukan adzan dan setelah itu aku turun disambut Rasulullah.
Dan itu aku lakukan sehari lima kali dan berulang-ulang. Sehingga sungguh suasana keadaan itu mengingatkanku kepada Rasulullah. Sehingga aku tidak mampu lagi melakukan adzan wahai Abu Bakar,".
Abu Bakar ketika itu menitikkan air mata, lalu mengizinkan Bilal atas permintaannya tersebut.
Tak lama, Bilal memutuskan pergi ke negeri Syam selama beberapa bulan. Hingga suatu ketika, Bilal bin Rabbah bermimpi bertemu Rasulullah. Dalam mimpi itu Rasulullah menegur Bilal dengan berkata, "Wahai Bilal, alangkah kerasnya hatimu. Lama kau tak kunjung kepadaku wahai Bilal,".
Saat itu, Bilal terbangun dan menangis dengan keras dan sejadi-jadinya serta membuat keluarganya ketakutan.
Dan Bilal hanya bisa berkata, "Sungguh aku saat ini merasakan takut yang sangat, dan aku tidak pernah takut seperti saat ini. Aku bermimpi bertemu Rasulullah dan ditegur lantaran lama tak kunjung kepada Rasulullah. Aku takut ditinggal Rasulullah,".
Lalu keluarga Sayyidina Bilal mengatakan jika memang waktunya Bilal berziarah ke Rasulullah. Saat itu Sayyidina Bilal pergi dengan menunggang kuda menuju Madinah.
Dia menuju kubur Rasulullah dengan perjalanan yang tak kenal lelah dan tak mau istirahat untuk segera sampai ke Madinah.
Saat sudah sampai di Madinah, air mata Sayyidina Bilal pun tak kuasa mengucur ketika melihat bukit demi bukit yang ia lewati. Karena bukit-bukit itu adalah saksi perjalanan yang pernah ia lalui bersama Rasulullah.
Sayyidina Bilal terus berjalan dengan tetesan air mata, tangis semakin kuat dan tak terlihat baginya bangunan di Madinah kecuali Rasulullah. Kenangan indah bersama Rasulullah terasa sangat kuat.
Berjalanlah Sayyidina Bilal menuju kubur Rasulullah lalu tertunduk dengan mengucapkan salam dengan suara yang serak.
Dengan suara lirih dia mengucapkan salam pada kubur Rasulullah.
Bilal tertunduk di hadapan kubur Rasulullah dengan derai air mata dan tak lama ada yang memegangnya dari belakang. Pria itu adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.
Bilal lalu berdiri dan ditegur Abu Bakar, "Wahai Bilal engkau menangis dan tangismu tak seperti biasa,".
Lalu Bilal berkata, "Wahai Khalifah, sungguh kali ini aku merasa takut yang sangat. Aku merasakan takut ditinggalkan Rasulullah. Aku bermimpi bertemu Rasulullah. Rasulullah pun menegurku. Sungguh aku takut ditinggal Rasulullah,".
Kemudian Abu Bakar menghibur Bilal dengan berkata, "Wahai Bilal ketahuilah, air mata yang pernah menangis karena rindu Rasulullah tidak akan ditinggal Rasulullah. Dan engkau adalah orang yang tak akan ditinggal Rasulullah,".
Abu Bakar membenarkan dan Bilal lega serta merangkul Abu Bakar. Air mata Bilal reda, dan keduanya kembali melakukan percakapan.
Lalu Abu Bakar meminta Bilal kembali adzan dan saat mendapat tawaran dan Bilal menoleh ke menara dan melihat kembali ke kubur Rasulullah.
Air mata yang berhenti itu berderai lagi dan berkata, "Tidak wahai Abu Bakar, tidak wahai Umar. Aku masih belum kuat,".
Tak lama ada dua anak kecil datang pada Bilal dengan memegang tangan kanan dan kirinya. Seorang anak yang memegang tangan kirinya berkata, "Hai tukang adzan kakekku,".
Hal itu membuat Bilal kaget dan setelah ia lihat, ke dua anak kecil yang tengah memegang tangan kanan dan kirinya adalah Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husen.
Sayyidina Bilal benar-benar kaget dan mengangkat tangan, " Ya Allah terima kasih, aku rindu kepada kekasih-Mu Nabi Muhammad SAW dan telah kau kirim kepadaku orang yang sangat dikasihi kekasihmu Nabi Muhammad,".
Kemudian Sayyidina Bilal menghadap pada Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husen diberdirikan keduanya dan melihat wajah dan kaki keduanya.
Karena wajah Sayyidina Hasan sangat mirip dengan Nabi Muhammad SAW dan kaki Sayyidina Husen mirip dengan kaki Nabi Muhammad.
Dua anak kecil itu dipeluk dengan derai air mata Sayyidina Bilal yang sangat deras. Lalu Sayyidina Bilal berkata, "Ya Rasulullah sungguh bau keringatmu aku temukan di cucumu ya Rasulullah,".
Tak lama kemudian Sayyidina Hasan dan Husen bilang jika keduanya kangen dengan suara adzan Sayyidina Bilal.
Sayyidina Bilal merasa bingung dan menoleh kepada Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar. Keduanya pun meminta Sayyidina Bilal melakukannya.
Kemudian Sayyidina Bilal menoleh kepada keduanya dan tak menolak permintaan ke dua cucu Rasulullah SAW tersebut. Lalu ditentukan waktu adzan dan Sayyidina Bilal mulai adzan waktu Subuh.
Kemudian berdirilah Sayyidina Bilal, orang yang memancar dengan kecintaan Rasulullah dan berdiri di tempat yang biasa.
Suasana itu kembali mengingatkan suasana ketika Rasulullah masih hidup. Kenangan itu kembali pada ingatan banyak orang yang datang ke Masjid. Semua orang menangis, Sayyidina Bilal pun masih menangis dengan sejadi-jadinya.
"Tidak ada tangis di Madinah lebih dahsyat dibanding saat itu," terang Buya Yahya.
Sayyidina Bilal ketika itu memulai adzan. Berbarengan dengan suara Bilal, terdengar suara tangis dari para jamaah yang datang sembari menjawab adzan. Banyak pula yang berjatuhan pingsan.
Orang-orang yang berada di luar Masjid pun bergegas menuju Masjid begitu mendengar suara Sayyidina Bilal. Lalu mereka berkata, "Apakah Rasulullah dibangkitkan lagi?,".
Lalu dijawab 'Tidak' oleh orang-orang yang ada di dalam Masjid.
Kalimat 'Apakah Rasulullah dibangkitkan kembali' itu keluar karena ketika ada Sayyidina Bilal, Rasulullah selalu ada di sana. Kenangan terkuak kembali, hingga air mata pun menitik di mana-mana. Sampailah pada kalimat Muhammad, suara Bilal hilang dan dia terjatuh lantaran pingsan.
Sayyidina Bilal kemudian meminta agar adzannya dilanjutkan oleh yang lain.
Kecintaan yang liar biasa ditunjukkan oleh umat muslim. Hingga dalam suatu kisah disebutkan jika tak ada tangis yang sedahsyat peristiwa saat itu di Madinah hingga sekarang.
sumber: ceramah Buya Yahya
No comments:
Post a Comment