Dua Versi Asal Usul Nama Tigaraksa - Balaraja untuk kita semua

Breaking

Wednesday, June 19, 2019

Dua Versi Asal Usul Nama Tigaraksa

Sejarah Tigaraksa terkait langsung dengan sejarah kabupaten tangerang. Terlebih saat ini Tigaraksa adalah kecamatan yang menjadi ibukota dan pusat pemerintahan kabupaten Tangerang.

Dan sejarah Tigaraksa juga merupakan bagian dan sejarah utama kasultanan Banten. Banyak versi cerita dan legenda yang beredar di masyarakat mengenai asal-usul nama Tigaraksa.

Dan ada dua versi riwayat atau cerita di masyarakat yang paling banyak diceritakan oleh para orang tua dan tokoh masyarakat Tigaraksa dan Tangerang.


Versi Pertama

Versi ini adalah cerita yang dicantumkan secara resmi dalam sejarah kabupaten Tangerang. Berikut ini ringkasannya.

Tekanan dari pihak Belanda yang saat itu menjajah nusantara, dirasa semakin kuat menekan kedudukan kasultanan Banten khususnya di dagian timur. Karena keadaan tersebut semakin dianggap membahayakan, maka sultan banten mengutus tiga orang maulana yang berpangkat tumenggung ke daerah Banten timur yang berbatasan dengan kota jakarta. Ketiga utusan itu adalah:

     - Arya Yudanegara
     - Arya Wangsakerta (Arya Wangsakara)
     - Arya Jaya Santika

 Ketiga orang utusan itu bertugas membuat basis-basis pertahanan kasultanan Banten dari serangan pihak Belanda. Basis pertahanan tersebut juga dijadikan daerah pemukiman dari para pengungsi yang berasal dari jayakarta yang mengungsi karena serangan pihak VOC. Untuk basis pertahanan tersebut dibangun beberapa benteng di daerah kota Tangerang. karenanya kota tangerang disebut juga sebagai kota Benteng.

 Keitiga utusan tersebut disambut oleh masyarakat dengan gembira karena ketiga utusan tersebut dianggap bisa "ngaraksa" dalam bahasa sunda yang artinya menjaga atau memelihara. Maka munculah isilah Tiga Raksa artinya tiga orang yang menjaga dan memelihara.


 Namun pada sebuah perang besar, akhirnya pihak VOC berhasil menumbangkan pertahann ketiga arya tersebut. Untuk menghormati jasa ketiga Arya tersebut maka Pangeran Soegri yang merupakan putera dari Sultan Ageng Tirtayasa mendirikan sebuah prasasti yang dalam bahasa sunda disebut dengan "Tetengger Perang" atau tanda peperangan yang kemudian akhirnya disebut dengan "Tangerang" alias tetengger perang.

Nama ketiga utusan tersebut saat ini diabadikan menjadi nama beberapa jalan di wilayah kabupaten dan kota tangerang.



Versi Kedua

Versi kedua adalah cerita yang paling banyak diketahui oleh masyarakat sekitar kecamatan tigaraksa dan kecamatan cisoka. Karena asal-usul nama kedua kecamatan tersebut berasal dari cerita yang sama. Berikut ini ceritanya

Dimasa itu terjadi sebuah peperangan antara Ki Mas Laeng yang beragama Hindu dan Ki Seteng yang beragama Budha yang sudah sangat lama Namun peperangan tetap tidak ada yang kalah ataupun menang. Peperangan tersebut amat melelahkan untuk kedua belah fihak. Dan peperangan ini akhirnya berakhir berkat pendekatan dengan penuh kesabaran oleh seorang ulama yang kemudian dikenal dengan nama Syekh Mubarok dan peperangan itupun berakhir dengan musyawarah dan disambut dengan penuh suka cita oleh seluruh masyarakat. Dan rasa haru membuat banyak masyarakat yang menitikan air mata yang dalam bahasa sunda air mata disebut "Cai Soca" dan akhirnya masyarakat mengabadikan tempat musyawarah tersebut dengan nama Cisoka.

Ki Mas Laeng dan Ki Seteng akhirnya memeluk agama Islam dengan bimbingan dari Syekh Mubarok. Ketiga tokoh tersebut dianggap masyarakat adalah tiga orang yang berhasil "ngaraksa" atau menjaga perdamaian. Sehingga kemudian muncul sebutan Tigaraksa. Nama Ki Mas Laeng saat ini diabadikan menjadi nama jalan di kecamatan Tigaraksa.

Untuk riwayat Syekh Mubarok dapat dibaca di Syekh Mubaroq dan asal-usul nama Cisoka

Demikian postingan kali ini, semoga bermanfaat untuk kita semua.


No comments:

Post a Comment