Abah Uci Cilongok, Ulama Kharismatik Tangerang - Balaraja untuk kita semua

Breaking

Saturday, June 6, 2020

Abah Uci Cilongok, Ulama Kharismatik Tangerang

KH, Uci Turtusi atau biasa dipanggil Abah Uci, adalah pimpinan pesantren Al-Istiqlaliyah Yang belokasi di Kampung Cilongok, Desa Sukamantri, Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang.

Pondok Pesantren Salafiyah Al-Istiqlaliyah yang berdiri sejak tahun 1957 M. Didirikan oleh seorang ulama besar di wilayah Kabupaten Tangerang, bernama KH. Dimiyati (almarhum). Merupakan seorang ulama yang memiliki komitmen kuat dalam menjaga tradisi kepesantrenan yang saat ini juga dilanjutkan oleh putra beliau, KH. Uci Turtusi sejak sepeninggalnya di awal tahun 2001.


Berguru Kepada 32 Guru

Pengalaman Abah Uci dalam hal belajar sangatlah unik dan menarik untuk disimak. Abah Uci adalah Gurunya para guru, Ketawadhuan dalam menerima hinaan orang dan selalu menutupi bahwa beliau adalah anak dari dari Abuya Dimyathi al-Bantani, 

Beliau dikenal sangat haus akan ilmu. Karena itu, ia belajar ilmu agama pada banyak pesantren kepada 32 orang guru selama 32 tahun, lama mondoknya beliau disuatu tempat berbeda-beda ada yang 3 tahun lebih bahkan ada yang hanya 1 hari, apabila sudah banyak orang yang tahu bahwa Beliau adalah anak Abuya Dimyathi al-Bantani maka Beliau akan pindah bahkan apabila sang guru mengetahui Beliau Anak seorang Abuya maka Sang Kyai malah gak berani menerimanya sebagai murid.

Suatu ketika saat beliau mondok di Abuya Yusuf Caringin. Beliau pernah ditegur & dimarahi oleh KH.Opang, adik ipar Beliau yg saat itu menjadi Lurah kobong disana. KH.Opang marah karena melihat beliau malas-malasan jarang mengaji, sempat ditanya 

“Kamu tinggalnya dimana?” tanya Abah Opang
“Di Cilongok” jawab Abah Uci.
“Dekat sama tempat Abuya Dimyati?” tanya Abah Opang.
“Ya.. dekat” jawab beliau.
“Makanya ente jangan malu-maluin orang Cilongok, ngaji yang benar kalo gak serius lebih baik pulang” hardik Abah Opang.
“Ya…siap” jawab Beliau.

Belasan tahun kemudian saat KH.Opang  akan menikahi adik Abah Uci. Sang istri belum mau naik ke panggung pelaminan sebelum ketemu abangnya yg belum sampai di rumah yaitu Abah Uci, dan saat itu KH.Opang sangat kaget ternyata santri yang sering dia marahi sewaktu mondok adalah calon kakak iparnya.




Seorang Perokok

Ada yang menarik dari sosok Abah Uci,  adalah bahwa beliau  juga seorang perokok. Bahwa kampanye rokok menyebabkan kebodohan, hanyalah bualan belaka. Karena fakta menunjukkan, para perokok adalah masyarakat yang giat bekerja keras dan banyak tokoh yang cerdas meski ia merokok.



Pada sebuah pengajian, Abuya Uci bercerita soal pengalamannya merokok di Singapura. Kita sama-sama tau bahwa Singapura adalah negara yang sangat ketat soal rokok.
Dan menurut beliau,Setiap kali Abuya membuang puntung rokok, polisi Singapura yang menjaganya selalu memungut puntung rokok beliau dan kemudian menghisapnya.

Pengajian Dengan Ribuan Jamaah

Berdiri di atas lahan seluas ± 4,5 HA, di lingkungan komplek pesantren terdapat tiga buah masjid dan satu buah lagi di luar lokasi pesantren. Cukup unik karena tidak seperti kebanyakan pesantren yang hanya memiliki satu masjid. Karena di pesantren ini pada tiap hari Ahad ba’da Subuh selalu dilaksanakan majelis akbar bagi masyarakat luas yang langsung dipimpin oleh Abah Uci.



Tradisi ini telah berlangsung lama sejak masa kepemimpinan KH. Dimiyati. Jumlah jamaah yang mengikuti pengajian inipun sangat banyak, tidak kurang dari 5.000 orang datang dari sekitar wilayah Tangerang, Banten, Bogor, Bekasi dan juga Jakarta. Pada majelis akbar tersebut, materi yang diberikan lebih mengarah kepada bimbingan kerohanian, etika keagamaan dan nasehat-nasehat yang menenangkan bagi masyarakat. Hal ini menjadi kebutuhan spiritual bagi masyarakat luas terutama di wilayah Tangerang.

Tidak hanya sekedar untuk mengaji, kehadiran masyarakat pada saat majelis akbar tersebut juga tidak lepas dari kebesaran sosok Abah Uci sebagai ulama kharismatik yang dikenal memiliki kedalaman ilmu agama dan keberkahan sebagai seorang ulama. Tidak jarang seusai pengajian para tamu yang hadir meminta keberkahan untuk didoakan dan menyampaikan persoalan-persoalan mereka untuk diberi bimbingan dan jalan keluar oleh Abah Uci.


Berada di tengah-tengah masyarakat modern dengan lanscape kota industri, tidak menggoyahkan prinsip pesantren ini dalam menjaga tradisi salafiyah. Kesan tradisional Pesantren Al-Istiqlaliyah tampak jelas dalam manajerial pondok yang masih mempertahankan sistem kekeluargaan. Pengelolaan pesantren dilakukan oleh keluarga besar almarhum KH. Dimiyati dengan amanah kepemimpinan yang dipegang langsung oleh Abah Uci (dibantu juga oleh keluarga).

**** Dari berbagai sumber


Baca juga:

No comments:

Post a Comment