KH. Ahmad Dahlan & KH. Hasyim Asy'ari, Satu Nasab dan Satu Guru - Balaraja untuk kita semua

Breaking

Friday, October 16, 2020

KH. Ahmad Dahlan & KH. Hasyim Asy'ari, Satu Nasab dan Satu Guru

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) adalah dua ormas Islam terbesar di Indonesia. Kedua ormas ini mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Islam di Indonesia hingga saat ini.


Muhammadiyah didirikan pada 8 Dzulhijjah 1330 H (18 November 1912) di Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan. Sedangkan NU didirikan pada 15 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) oleh KH. Hasyim Asy'ari.


Silsilah 
KH. Ahmad Dahlan & KH. Hasyim Asy'ari  

KH. Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. KH. Ahmad Dahlan Wafat pada tanggal 23 Februari 1923

Beliau adalah keturunan kedua  belas dari Syekh Jumadil Qubro dan melalui nasab Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.

Silsilahnya tersebut adalah:

  1. Syekh Jumadil Qubro (Maulana Akbar)
  2. Maulana Malik Ibrahim
  3. Maulana ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri),
  4. Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen)
  5. Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom)
  6. Demang Djurung Djuru Sapisan
  7. Demang Djurung Djuru Kapindo
  8. Kyai Ilyas
  9. Kyai Murtadla
  10. KH Muhammad Sulaiman
  11. KH Abu Bakar
  12. dan Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan).



KH. Hasyim Asy'ari memiliki nama lengkap Muhammad Hasyim bin Asy’ari bin Abdul Wahid bin Abdul Halim. beliau lahir pada 10 April 1875 (24 Dzulqaidah 1287H) dan wafat pada 25 Juli 1947.

KH Hasyim Asy’ari adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asy'ari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, KH. Hasyim  Asy'ari merupakan keturunan ke sepuluh dari  Syekh Jumadil Qubro  melalui nasab Maulana Ishaq. 

Berikut silsilahnya:

  1. Syekh Jumadil Qubro (Maulana Akbar)
  2. Maulana Malik Ibrahim
  3. Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin)
  4. Abdurrohman / Jaka Tingkir (Sultan Pajang)
  5. Abdul Halim (Pangeran Benawa)
  6. Abdurrohman (Pangeran Samhud Bagda)
  7. Abdul Halim
  8. Abdul Wahid
  9. Abu Sarwan
  10. KH. Asy’ari (Jombang)
  11. KH. Hasyim Asy’ari (Jombang)
coba perhatikan silsilah kedua ulama ini. Ternyata Keduanya merupakan keturunan langsung dari Sunan Giri (Raden atau Maulana Ainul Yaqin). Dan juga keturunan langsung dari  Syekh Jumadil Qubro . Jika KH. Ahmad Dahlan melalui nasab Maulana Maliq Ibrahim sedangkan KH. Hasyim Asy' ari melalui nasab Maulana Ishaq.




Siapakah  Syekh Jumadil Qubro ?

Syekh Jumadil Qubro atau Jamaluddin Akbar al-Husaini atau Maulana Husain Jumadil Kubro berasal dari Samarkand, Uzbekistan, Asia Tengah. Ia diyakini sebagai keturunan  Nabi Muhammad SAW melalui jajur  Husain bin Ali.

Berikut silsilahnya:
  1. Husain bin Ali, 
  2. Ali Zainal Abidin, 
  3. Muhammad al-Baqir, 
  4. Ja'far al-Shadiq, 
  5. Ali al-Uraidhi, 
  6. Muhammad al-Naqib, 
  7. Isa al-Rumi, 
  8. Ahmad al-Muhajir, 
  9. Ubaidullah, 
  10. Alwi Awwal, 
  11. Muhammad Sahibus Saumh, 
  12. Alwi al-Tsani, 
  13. Ali Khali' Qasam, 
  14. Muhammad Shahib Mirbath, 
  15. Alwi Ammi al-Faqih, 
  16. Abdul Malik (Ahmad Khan), 
  17. Abdullah (al-Azhamat) Khan, 
  18. Ahmad Syah Jalal
  19. Syekh Jumadil Qubro
Syekh Jumadil Qubro memiliki dua anak, yaitu Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq, yang bersama-sama dengannya datang ke pulau Jawa. Syekh Jumadil Qubro kemudian tetap di Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, dan adiknya Maulana Ishaq mengislamkan Samudera Pasai.

Syekh Jumadil Qubro juga memiliki nasab kepada Rasulullah SAW yang sama dengan Sunan Gunung Djati (Syarif Hidatatullah) melalui jalur Isa al-rumi (no. 7) pada silsilah di atas.



Pendidikan KH. Ahmad Dahlan & KH. Hasyim Asy'ari 

KH Ahmad Dahlan dididik dalam lingkungan pesantren sejak kecil, dan sekaligus menjadi tempatnya menimba pengetahuan agama dan bahasa ArabBeliau dilahirkan dari kedua orang tua yang dikenal sangat alim, yaitu KH. Abu Bakar (Imam Khatib Mesjid Besar Kesultanan Yogyakarta) dan Nyai Abu Bakar (puteri H. Ibrahim, Hoofd Penghulu Yogyakarta).

KH Hasyim Asy'ari hidup dalam lingkungan Pesantren Muslim tradisional Gedang. Keluarga besarnya bukan saja pengelola pesantren, tetapi juga pendiri pesantren yang masih cukup populer hingga saat ini. Ayah Kiai Hasyim (Kiai Asy’ari) merupakan pendiri Pesantren Keras (Jombang). Sedangkan kakeknya dari jalur ibu (Kiai Utsman) dikenal sebagai pendiri dan pengasuh Pesantren Gedang yang pernah menjadi pusat perhatian terutama dari santri-santri Jawa pada akhir abad ke-19.

Pertemuan dua calon ulama besar

Setelah sekitar sembilan tahun mukim dan belajar di Pesantren Keras sampai berusia 15 tahun), KH Hasyi, Asy'ari mulai melakukan pengembaraannya mencari ilmu ke pondok-pondok pesantren yang masyhur di tanah Jawa,khususnya Jawa Timur. Di antaranya adalah Pondok Pesantren Wonorejo di Jombang, Wonokoyo di Probolinggo, Tringgilis di Surabaya, dan Langitan di Tuban, kemudian Bangkalan, Madura, di bawah bimbingan Syaikhona Muhammad Khalil bin Abdul Latif (Syaikhona Khalil Bangkalan).

Di Bangkalan inilah, Mohammad Darwis (KH.Ahmad Dahlan) bertemu pertama kali dengan Muhammad Hasyim (KH. Hasyim Asy'ari). Dalam jangka waktu yang cukup lama mereka berteman dan belajar, maka setelah tuntas belajar pada Kyai Khalil, keduanya masing-masing dibekali kitab sebagai bekal mengaji lanjutan kepada kawan Kyai Kholil di Semarang, yakni Kyai Sholeh Darat.

Mengenai KH. Sholeh Darat silahkan baca: KH. Sholeh Darat, Guru dari Pendiri NU,Muhamaddiyah dan RA Kartini

Di pesantren ini, dua orang santri muda yang kelak akan turut berperan menumbuh kembangkan geliat Islam di Indonesia, sangar tekun dan giat mengaji. Keduanya sama mewarisi darah Raden Paku atau yang dikenal sebagai Sunan Giri, seorang wali besar dari Gresik.

Selama nyantri di bawah naungan Kyai Sholeh Darat sepanjang dua tahun penuh, Muhammad Darwis memanggil Hasyim—teman sekamarnya, dengan sebutan Adi Hasyim. Sementara Muhammad Hasyim menyapa Mohammad Darwis dengan sebutan Mas Darwis.

Ketekunan dua santri yang cerdas ini kemudian berbuah pengutusan mereka olehKyai Sholeh untuk melanjutkan studi ke Tanah Suci Mekah.

Di Mekkah kedua calon ulama besar indonesia ini berguru pada guru yang sama yaitu Syekh Ahmad Chatib Al-Minangkabawi (1860-1916) yang merupakan ulama besar kelahiran Sumatera Barat yang memiliki pengaruh besar di dunia .

Syekh Ahmad Chatib Al-Minangkabawi Imam sekaligus khatib Masjidil Haram Makkah pada masanya, dan merupakan imam besar Masjidil Haram pertama yang bukan orang arab.

Penutup

Itulah sekilas mengenai kedua tokoh ulama besar indonesia yang jug adalah pahlawan nasiona. Semoga dapat menambah khazanah pengetahuan kita semua mengenai ulama-ulama di tanah air.

Sumber: wikipedia, muhamadiyah.or.id, nu.or.id

5 comments:

  1. NU dan Muhammadiyah sadulur 👍🤝

    ReplyDelete
  2. mohon cek kembali silsilahnya..
    kalo dikompare jadi rancu. masak sunan giri punya 2 bapak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama oom, maulana malik ibrahim

      Delete
    2. Mgkn yg dimaksud sunan giri-1, punya putra sunan giri-2

      Delete
  3. Perlu penjelasan mengapa Sunan Giri dua ayah

    ReplyDelete