Kisah Seribu Santri Yang Gugur Mempertahankan Kemerdekaan - Balaraja untuk kita semua

Breaking

Tuesday, August 17, 2021

Kisah Seribu Santri Yang Gugur Mempertahankan Kemerdekaan


76 Tahun kemerdekaan Indonesia...

Ada beribu tangis, beribu duka nestapa yang mengiringi. Tapi janganlah sampai ada yang lupa dengan apa yang telah diperjuangkan dan dikorbankan oleh para pendahulu kita.

Tempat itu diberi nama Taman Makam Pahlawan Seribu, Berlokasi di Jalan Raya Serpong, Kademangan Kecamatan Setu, Tangerang Selatan. Dengan luas kurang lebih  satu hektar.


Siapa yang dimakamkan disana ? mari ikuti uraian berikut.

Saat itu NICA (Nederlandsch Indie Civiele Administratie) atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda bercokol di daerah Serpong.

NICA yang merupakan organisasi semi militer yang dibentuk pada 3 April 1944 bertugas mengembalikan pemerintahan sipil dan hukum pemerintah kolonial Hindia Belanda selepas kapitulasi pasukan pendudukan Jepang di wilayah Indonesia seusai Perang Dunia II berakhir tahun 1945.

"Kantor NICA ini dibangun di Serpong. Kepala Desa di Serpong itu tidak terima dengan kehadiran NICA. Kemudian berencana melakukan penyerangan," demikian keterangan Tubagus Sos Rendra sejarahwan Tangerang Selatan.


Peristiwa tersebut terjadi saat Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pertempuran di Serpong itu berlangsung pada 26 Maret 1946.

"Itu kejadiannya tepat pada hari Kamis sekitar pukul 08.00 WIB. Kepala Desa sebelumnya mengumpulkan massa terlebih dulu sebelum melakukan penyerangan," beber Rendra.

Kiayi Haji Ibrahim pemimpin pondok pesantren di Rangkas Bitung, Banten diminta membantu dalam peperangan ini. Ibrahim membawa santri - santrinya berjalan kaki dari Rangkas Bitung ke Serpong untuk menyerang Belanda.

"Total massa yang terkumpul itu ada 1.000 orang. Tapi sayangnya sebelum dilakukan penyerangan terjadi pengkhianatan. Bocor lah rencana penyerangan ini ke telinga Belanda," jelasnya.

Pasukan Belanda pun terlebih dulu memasang perangkap. Serpong dan wilayah sekitarnya itu berbentuk perbukitan.

Mereka bersembunyi di bukit - bukit dengan membawa sejumlah persenjataan lengkap. Rombongan Kiayi Haji Ibrahim dicegat di tengah jalan oleh pasukan Belanda ini.

"Lokasinya itu ada di daerah Cisauk dekat Serpong, di situ Ibrahim dihalangi Belanda. Ibrahim tidak terima dan marah sehingga membacok salah satu orang Belanda itu. Dan akhirnya Ibrahim ditembak. Santri - santrinya juga tewas," kata Rendra.

Rendra merinci ada sekitar 700 orang yang gugur dalam pertempuran berdarah itu. Sedangkan 300 orang lainnya melarikan diri.

"Dengan jumlah seribu orang makanya dinamakan Makam Pahlawan Seribu. Mereka yang telah gugur dikubur massal," ungkapnya.

Makam Massal

Ilham penjaga Taman Makam Pahlawan Seribu Serpong mengungkapkan banyak sejumlah penjiarah yang mendatangi lokasi ini. Mereka biasanya datang menjelang Hari Raya Idul Fitri.

"Kebanyakan yang nyekar di makam ini berasal dari warga Rangkas Bitung," ujar Ilham.

Menurut Ilham, satu liang lahat berisi 5 sampai 10 jenazah. Penjiarah yang mengetahui anggota keluarga di makam tersebut diberi nama pada papan nisannya.

"Kan dikuburnya secara massal, ada sebagian juga keluarga yang nulis nama. Selain penjiarah, yang datang ke sini juga banyak dari anak - anak sekolah. Mereka belajar sejarah di tempat ini," paparnya.

Jadi, masih adakah diantara anda yang meragukan rasa kebangsaan dari para santri ?

sumber: Warta Kota



1 comment:

  1. Santri dan Ulama turut dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia 💪❤️❤️💪

    ReplyDelete